Aku tak kan memilih jalan pulang
Ketika serangga-serangga itu terperangkap nasibnya sendiri
Ketika hasrat hanya bisa disalurkan dengan masturbasi
Aku tak kan memilih jalan pulang
Ketika tanah Cirebon mulai menghitam
Ketika lawang gada penuh duit recehan
Aku tak kan memilih jalan pulang
Ketika bahkan tuhan menakdirkan demikian
Pahit getir tak mengapa
Susah payah sudah biasa
Jangan paksa aku pulang
hanya untuk menyatakan
sebungkus nasi lebih berharga
dari pada sederet buku di pustaka
Cipt. Ali Mursyid. di ruang rapat Fahmina yang pengap
Thursday, July 12, 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment